Senin, 31 Oktober 2016

[Cerpen] Backstreet








Mak’e dan Pak’e adalah pasangan paling tidak romantis yang pernah kutemui. Setiap hari selalu ada saja kejadian yang diributkan keduanya. Dari yang terkesan sepele macam kopi kurang manis, sampai masalah besar seperti kasbon terpaksa di warung tetangga. Kadang-kadang aku merasa geli. Kadang-kadang juga aku merasa gerah sendiri.

Jumat, 28 Oktober 2016

[Cerbung] Potpourri Di Sudut Hati #15-2










* * *


Ares melangkah dengan ringan keluar dari lift sore itu. Sebelum melangkah ke arah basement, ia mampir sejenak ke lobi gedung perkantoran itu. Sesuai perjanjian, Dira akan menunggunya di sana. Dan wajahnya jadi makin cerah ketika melihat gadis itu sudah duduk manis di salah satu sofa lobi. Ia tersenyum ketika Dira berdiri begitu melihatnya. Bergegas ia menghampiri gadis itu.

Kamis, 27 Oktober 2016

[Cerbung] Potpourri Di Sudut Hati #15-1










* * *


Lima Belas


Banyak proses harus dilalui. Banyak urusan yang harus diselesaikan. Butuh waktu hampir enam bulan bagi Mai dan Grandy untuk memantapkan hati dan bicara serius tentang sebuah pernikahan.

Selasa, 25 Oktober 2016

[Cerbung] Potpourri Di Sudut Hati #14-2










* * *


‘Bagaimana bisa?’ adalah kalimat tanya yang berkali-kali diucapkan Mai dalam hati sepanjang perayaan kedua ulang tahun Qiqi hari ini. Berkali-kali pula ia mengerjapkan mata. Sedikit takut bahwa apa yang ada di depan matanya hanyalah bayangan semu. Tapi tiap kali ia membuka mata kembali, ia mendapati bahwa semua itu nyata adanya. Juga tatapan dan senyum Grandy yang berkali-kali jatuh padanya.

Senin, 24 Oktober 2016

[Cerbung] Potpourri Di Sudut Hati #14-1










* * *


Empat Belas


Malam menghening. Makin larut. Grandy terpekur sambil duduk bersila di atas tempat tidur. Beberapa hari ini menjadi saat-saat yang sungguh melelahkan baginya. Kini ujung dari bimbangnya sudah benar-benar final. Sudah tidak ada yang bisa mengubahnya lagi.

Jumat, 21 Oktober 2016

[Cerbung] Potpourri Di Sudut Hati #13-2










* * *


Grandy menggunakan waktu yang kian sempit itu sebaik-baiknya untuk berada dekat dengan Qiqi. Pelan-pelan ia memberi pengertian pada Qiqi bahwa ia harus pergi menjelang akhir minggu berikutnya. Diantarnya Qiqi tiap pagi ke sekolah. Rasanya sungguh menyesakkan dada. Ia pun tak menutup mata dan mematikan rasa akan perubahan Qiqi. Gadis mungil itu jadi lebih pendiam. Tak lagi mau bernyanyi sepanjang perjalanan dari rumah ke sekolah.

Kamis, 20 Oktober 2016

[Cerbung] Potpourri Di Sudut Hati #13-1










* * *


Tiga Belas


Grandy menatap ke luar jendela pesawat dengan berbagai perasaan berkecamuk dalam dada. Sedikit aura kelabu yang memantul dari gumpalan-gumpalan awan yang ditembus badan pesawat tak pelak mempengaruhi juga suasana hatinya.
   

Selasa, 18 Oktober 2016

[Cerbung] Potpourri Di Sudut Hati #12-2










* * *


Ares mengembangkan senyum begitu pintu di depannya terbuka. Sosok yang membuka pintu itu melebarkan mata terlebih dulu sebelum membuka pintu lebih lebar lagi.

“Diaz! Ayo, masuk!” Mai, yang terlihat agak terkejut dengan kemunculan Ares yang tiba-tiba, membalas senyum Ares.

Senin, 17 Oktober 2016

[Cerbung] Potpourri Di Sudut Hati #12-1










* * *


Dua Belas


“Itu putri Mbak?”

Mai menoleh sekilas mendengar pertanyaan dari Maika. Perempuan itu berdiri tak jauh darinya. Menatap foto kanvas besar yang tergantung di dinding. Foto cantik Mai dan Qiqi.

“Ya,” Mai mengangguk, sambil tangannya tetap membuka kunci-kunci lemari kaca.

Sabtu, 15 Oktober 2016

[Cerbung] Potpourri Di Sudut Hati #11-3










* * *


“Saya sebagai ayahnya, minta maaf yang sebesar-besarnya atas kelakuan anak kami,” ucap Broto dengan suara bergetar. Di bawah tatapan dingin Rama, Hening, dan Mai. “Saya tahu, tak boleh berdalih dengan mengatakan tidak tahu karena Nirwan selama ini memang tak pernah mengatakan apa-apa. Ada tanggung jawab yang harus kami pikul juga, yang selama ini keluarga Bapak pikul sendirian. Katakan saja, kami siap menerima apa pun.”

Jumat, 14 Oktober 2016

[Cerbung] Potpourri Di Sudut Hati #11-2










* * *


Mau tak mau, suka tak suka, siap tak siap, Nirwan merasa ia memang harus pulang ke Surabaya. Untuk menjelaskan semuanya kepada keluarga. Cutinya berlaku hingga akhir minggu. Dan itu cuma tersisa tiga hari kerja. Penerbangan terakhir pada hari Rabu ke Surabaya masih bisa didapatnya.

Kamis, 13 Oktober 2016

[Cerbung] Potpourri Di Sudut Hati #11-1










* * *


Sebelas


Mai mengerutkan kening ketika bel pintu berbunyi pagi-pagi begini. Sebelum ia sempat membuka pintu kamar, didengarnya ada langkah kaki tergesa dari arah belakang ke depan rumah. Langkah kaki Yayah. Ia buru-buru menyelesaikan sisiran rambutnya yang masih basah. Sejenak kemudian, pintu kamarnya diketuk dari luar.

Selasa, 11 Oktober 2016

[Cerbung] Potpourri Di Sudut Hati #10-2








Sebelumnya  


* * *


Hujan masih setia merintik di luar sana. Pelan-pelan Grandy membuka jendela kamar, kemudian duduk di kursi depan meja tulisnya. Sengaja ia mematikan lampu kamar. Dalam diam dinikmatinya pendar-pendar tetes hujan yang membiaskan cahaya lampu taman. Dan tanpa sadar ia menghela napas panjang.

Senin, 10 Oktober 2016

[Cerbung] Potpourri Di Sudut Hati #10-1










* * *


Sepuluh


Laki-laki itu tak mengatakan apa-apa...

Ares membuka lebar-lebar pintu balkon apartemennya sore itu. Membiarkan angin membawa masuk suara gemercik rintik hujan beserta segala kesegarannya. Ares menarik kursi malasnya hingga berada tepat di depan pintu. Sambil menyesap segelas coklat hangatnya, ia duduk bersandar meluruskan kaki. Menatap lukisan alam yang terbingkai kusen pintu balkon.