Senin, 16 Oktober 2017

[Bukan Fiksi] Sekilas Tentang Teh ‘Warungan Wangi’




Yang sudah membaca cerbung “Rahasia Enam Hati” #13 yang tayang tadi pagi, pasti menemukan ada bagian yang bercerita tentang Sisi berdua dengan ayahnya kencan di sebuah restoran. Nama restorannya Godhong Gedhang. Sudah nggak asing lagi, kan? Resto antik fiktif yang satu ini menghidangkan (salah satunya) teh ‘warungan wangi’. Nah, kalau yang satu ini, bukan fiktif. Karena tehnya benar-benar ada. Di samping itu, salah satu komentar yang muncul di bawah episode itu membuat saya tergelitik untuk menulis artikel ini.

I love tea! Jauh lebih cinta teh daripada kopi. But I hate jasmine tea. Apalagi yang aroma wanginya terlalu tajam menusuk. Rata-rata, teh yang beredar di pasaran mengandung campuran bunga melati sebagai pembangkit aroma wanginya. Jadinya... enak di elu, eneg di guweh.

Saya lahir dan besar di Malang, Jawa Timur. Kota yang satu ini cukup terkenal dengan kuliner bakso dan cwimie-nya. Nah, di dekat rumah saya, di gang sebelah, ada penjual cwimie kelas kampung yang (menurut saya) uwenaaak. Uwenaaak buat saya itu menyangkut 2 hal : rasanya yummy dan harganya terjangkau kantong. Bayangkan, waktu itu (tahun 90-an) berdua makan cwimie plus ngeteh di Jamal cuma habis Rp 900,00. Semangkuk cwimie = Rp 400,00, segelas teh = Rp 50,00.

Nah, di cwimie Jamal ini (yang jual namanya Jamal), tersedia juga teh hangat manis (manisnya cuma asal bau gula, hehehe...). Beuuuh... Teh ini uwenaaak bangeeettt! Aroma wanginya bukan wangi melati. Membuat saya jadi bisa menikmati teh yang ciamik.

Sebelum saya lanjut ngomongin tehnya, saya ceritain sedikit soal cwimie Jamal ini ya...

Saya lupa kapan tepatnya kenal cwimie Jamal ini. Yang jelas saya ingat banget sering diajak kakak saya yang nomor dua makan cwimie di Jamal. Waktu saya masih sekolah, kakak saya ini sudah kerja (umur juga beda jauh, 12 tahun). Hobinya nguliner, saya jadi ketularan.

Makan cwimie di Jamal ini enak. Jamal-nya sampai hapal saya nggak mau ayam, jadi diganti sayur (sayurnya ditambahin). Sayurnya juga bukan sawi/caisim, tapi sla/selada mentahan. Selada mentah ketemu mie panas, sensasinya buat saya mengagumkan aromanya! Nah, setelah makan cwimie pedas (kakak saya suuukaaa pedas) nggak afdol kalau nggak ditutup dengan segelas teh. Nah, teh inilah teh ‘warungan wangi’ yang ada di cerbung “Rahasia Enam Hati’.

Nama teh wangi itu sebenarnya adalah teh cap “Naga”. Entah tahun berapa teh ini muncul, yang jelas sangat melegenda di Malang. Rata-rata tempat makan sekelas warung di Malang tehnya ya pakai teh cap “Naga” ini. Selain murah, wanginya juga enak dan cukup pekat seduhannya. Ternyata, campuran teh ini sama sekali bukan bebungaan, melainkan vanili. Jadi, tanpa ditambah gula pun teh ini sudah beraroma manis. Pokoknya mood booster buangeeettt buat saya. Kayak minum teh bareng sama menghirup aromaterapi yang berefek menenangkan jiwa *halaaah*


Secangkir besar teh wangi cap "Naga"

Dan ngomong-ngomong soal teh cap “Naga”, beberapa minggu lalu saya barter satu eksemplar novel “Eternal Forseti” dengan teh cap “Naga” dengan salah seorang partner in crime saya yang berasal dari Malang. Nggak tanggung-tanggung, beliau mengirimi saya 2 kilogram lebih teh cap “Naga”. Totalnya ada 130 bungkus kecil. Satu bungkus kecil itu bisa untuk sekian kali seduh. Muakasiiih, Mak Ris Isra...


Sebungkus kecil teh wangi cap "Naga"

Kiriman dua kilogram lebih teh wangi cap "Naga" dari Mak Ris Isra

Jujur, saya macam terkena euforia bertemu kembali dengan teh cap “Naga”. Yang belum tahu ‘kesaktian’ teh cap “Naga”, pasti menghina-dina kelakuan saya ini. Tapi bagi yang sudah terpesona dengannya, pastilah maklum-maklum saja.


Secangkir besar teh wangi cap "Naga" dan sepotong prol tape-kismis-keju
(buatan sendiri lhooo...)

Secangkir kecil teh wangi cap "Naga" dan sepotong salak strudel
(ini juga buatan sendiri. Hiasan daun dan buah murbeinya ambil di pinggir kebun) 

Dah, segini aja bukan fiksinya. Pokoknya, akhir-akhir ini teh cap “Naga” sudah membuat saya lebih rajin nulis karena efek mood booster-nya. Soal kenapa masih sering telat? Lha, saya kan rajin nulis, bukan berarti punya kesempatan seketika untuk mengunggah tulisan (lanjutan cerbung). Jadinya ya teteeep... Harap maklum kalau nongolnya lanjutan cerbung tetap lelet. Ahihihiii...

* * * * *

5 komentar:

  1. Sumpa aq ngakak moco tulisan iq.
    Kangen mb Liiiiissss .......

    BalasHapus
  2. anakku yo nyandu teh cap naga...
    lek wes ngombe teh iki dijamin anteeeeennnngggg...

    BalasHapus
  3. weiiih..jenengku masuk dimari yak.
    Mastaaah bener mbak Liz..yak..!
    rutaam nuwuuus..mbak. sehat selalu yoo..
    GBU

    nb : ntar kalo abis tjap naga-nya jgn sungkan kabari..:D

    BalasHapus
  4. Jajane rek jajane! Garai ngiler sak kolam.

    BalasHapus
  5. cwiemie jamal iku dhudhuk sing sebelahan ambek cor jesu tah mbak? lwk iku pancene enaakkkk.... hidup cwiemie malang....

    BalasHapus